Judul : 3 Tradisi Khitan Bagi Wanita Dari Suku - Suku di Indonesia
link : 3 Tradisi Khitan Bagi Wanita Dari Suku - Suku di Indonesia
3 Tradisi Khitan Bagi Wanita Dari Suku - Suku di Indonesia
loading...
Antara sunat dan melahirkan dua hal yang kadang-kadang masalah perdebatan anak-anak kecil. Di mana anak laki-laki menganggap wanita mudah, karena mereka tidak perlu merasakan sakit sunat. Di sisi lain, wanita cemburu karena lawan jenis yang tidak menghasilkan anak.
Ya, namanya adalah anak kecil, mereka masih tidak tahu bahwa dua jenis orang yang memiliki kewajiban masing-masing. Mungkin Anda dulu begitu. Sedangkan di berbagai daerah kejadian tidak selalu begitu. Bahkan, ada genital mutilation atau sunat perempuan. Sampai saat ini, kebiasaan itu masih menjadi kontroversi. Dalam pandangan medis tidak dianjurkan.
Bahkan, negara kita juga melarang pemotongan alat kelamin perempuan dari beberapa organ. Mirisnya, informasi tentang bahaya baik dari segi kesehatan fisik dan mental tidak diketahui secara luas oleh masyarakat.
Terbukti tidak ada suku-suku atau kelompok yang masih menganggap sunat pada wanita adalah tradisi yang membawa manfaat baik terutama agar wanita lebih terhormat dan dipelihara. Ada beberapa tradisi yang masih bertahan sunat perempuan di Indonesia saat ini. Tentu saja bagaimana sunat bervariasi di setiap daerah. Sebenarnya ada dipotong, tetapi bentuk ini juga tidak sedikit simbolis. Berikut adalah ulasan lainnya.
1. Upacara Bakayekan Suku Pasemah
lensaterkini.web.id - Suku Pasemah Anda dapat menemukan di sebuah pemukiman yang terletak tidak jauh dari perbatasan antara Sumatera Selatan dan Bengkulu. Dalam Rinci sebagian besar penduduk Pasemah Suku di Kabupaten Pasemah Air Keruh, Empat Lawang, Provinsi Sumatera Selatan, dan daerah sekitarnya termasuk kota Pagar Alam kabupaten, kecamatan Jarai, Kabupaten Tanjung Sakti ke Pengadilan Kota.
Sampai saat ini, orang masih melakukan sebagian kebiasaan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Salah satunya adalah upacara Bakayekan. Arti dari istilah adalah tradisi untuk membersihkan gadis sebelum masa remaja. Jika tradisi itu dilakukan pada bayi yang disebut Kayek Upik. Sementara Bakayekan sendiri untuk anak perempuan. Bentuknya yang sunat atau khitan dan usia dianggap cocok untuk anak perempuan untuk Bakayekan adalah 4 sampai 7 tahun.
Upacara diadakan begitu meriah, keluarga gadis untuk disunat akan mengundang dan menjamu kerabat keluarga untuk bersama-sama merayakan Bakayekan. Waktu pelaksanaannya biasanya dilakukan di bulan Ramadhan. Sebelum disunat, anak perempuan ingin make up pengantin dan mengenakan pakaian tradisional, yaitu Sumatera Selatan Betaju. Setelah itu keluarga akan diarak ke sungai sambil diiringi dengan tabuhan rebana.
Pergi ke sungai itu bukan tanpa alasan, tapi untuk mandi dan membersihkan diri. Baru setelah itu prosesi khitanan dilakukan oleh dukun Bakayekan dengan memotong bagian-bagian tertentu dari klitoris gadis itu. Setelah selesai, klitoris disunat pemakaman di bawah pohon kelapa. Mengapa kepala seperti itu? Bagi masyarakat Suku Pasemah, pohon kelapa memiliki kesucian sendiri.
Diharapkan nantinya anak perempuan telah disunat ingin benih kelapa yang dapat hidup di mana saja berarti bahwa ketika Anda tumbuh untuk hidup dan bersosialisasi dengan baik di masyarakat. Jadi, ingat Scout ya? Tradisi yang dianggap bagian dari tradisi ini dan agama masih lakukan untuk hari ini.
2. Adat Mo Polihu Lo Limu
Adat Mo Polihu Lo Limu bisa kamu singkat dengan istilah mandi lemon. Wah enak dong ya, bisa mencerahkan kulit layaknya mandi susu. Tapi tujuan utamanya bukan itu ternyata, Mandi Lemon yang menjadi salah satu adat masyarakat Gorontalo itu adalah sunatan untuk anak perempuan yang telah menginjak usia 2 tahu.
Nama lainnya adalah Molubingo. Bagi orang Gorontalo, anak perempuan harus dikhitan agar bisa mengendalikan diri dari sifat-sifat buruk. Prakteknya tidak sama dengan sunat pada anak laki-laki dan hanya bersifat simbolis saja. Acar dimulai dengan mencubit atau membersihkan bagian kelamin anak perempuan dari selaput tipis.
Setelah itu barulah mandi lemon. Si anak akan dipangku oleh orang tuanya di sebuah singgasana, kemudian diguyur dengan air lemon yang dicampur bunga-bunga. Saat mandi ada prosesi lain yang nggak kalah penting seperti tepuk mayang dan memecahkan telur. Udah mandi dan wangi, si anak akan didandani dengan riasan dan pakaian adat layaknya seorang pengantin. Para keluarga yang hadir turut memberikan doa agar kelak anak perempuan yang dikhitan itu akan menjadi pribadi dengan sifat baik.
3. Tradisi Makatte’
lensaterkini.web.id - Tradisi Makatte’ dilakukan oleh masyarakat Suku Bugis dan ditujukan untuk anak perempuan, sedangkan sunatan untuk bocah laki-laki disebut dengan Massunna’. Selain tradisi adat, Makkatte juga dianggap sebagai ritual keagamaan. Oleh karena itu, hingga saat ini masih ada yang melakukannya. Anak perempuan yang dikkate’ bisanya berusia 4 hingga 7 tahun. Dan yang boleh menyunat hanyalah seorang Sanro yaitu para wanita ahli dan dipercaya oleh masyarakat Suku Bugis.
Tradisinya dimulai dengan memakaikan si anak pakaian adat lalu setelah itu dilakukan khitanan. Jika sudah selesai, maka ayah si anak akan mengusapkan gula merah. Harapannya agar kehidupan anak tersebut selalu manis di masa mendatang. Setelah itu masih ada beberapa rangkaian adat lagi. Seperti memakai baju bodo dan menggendong anak ke tempat yang tinggi. Agar si anak bahagia dan nggak trauma, maka diberi amplop berisi uang, tuh bukan anak laki-laki saja yang dapat angpau, perempuan juga. Acara ditutup dengan syukuran dan pembacaan ayat suci Al-quran secara bergiliran
Itulah beberapa tradisi sunatan anak perempuan dari berbagai daerah di Indonesia. Terlepas dari sentuhan adat maupun keagamaan, menurut kamu sendiri sunat pada perempuan itu perlu nggak sih?
Ya, namanya adalah anak kecil, mereka masih tidak tahu bahwa dua jenis orang yang memiliki kewajiban masing-masing. Mungkin Anda dulu begitu. Sedangkan di berbagai daerah kejadian tidak selalu begitu. Bahkan, ada genital mutilation atau sunat perempuan. Sampai saat ini, kebiasaan itu masih menjadi kontroversi. Dalam pandangan medis tidak dianjurkan.
Bahkan, negara kita juga melarang pemotongan alat kelamin perempuan dari beberapa organ. Mirisnya, informasi tentang bahaya baik dari segi kesehatan fisik dan mental tidak diketahui secara luas oleh masyarakat.
Terbukti tidak ada suku-suku atau kelompok yang masih menganggap sunat pada wanita adalah tradisi yang membawa manfaat baik terutama agar wanita lebih terhormat dan dipelihara. Ada beberapa tradisi yang masih bertahan sunat perempuan di Indonesia saat ini. Tentu saja bagaimana sunat bervariasi di setiap daerah. Sebenarnya ada dipotong, tetapi bentuk ini juga tidak sedikit simbolis. Berikut adalah ulasan lainnya.
1. Upacara Bakayekan Suku Pasemah
lensaterkini.web.id - Suku Pasemah Anda dapat menemukan di sebuah pemukiman yang terletak tidak jauh dari perbatasan antara Sumatera Selatan dan Bengkulu. Dalam Rinci sebagian besar penduduk Pasemah Suku di Kabupaten Pasemah Air Keruh, Empat Lawang, Provinsi Sumatera Selatan, dan daerah sekitarnya termasuk kota Pagar Alam kabupaten, kecamatan Jarai, Kabupaten Tanjung Sakti ke Pengadilan Kota.
Sampai saat ini, orang masih melakukan sebagian kebiasaan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Salah satunya adalah upacara Bakayekan. Arti dari istilah adalah tradisi untuk membersihkan gadis sebelum masa remaja. Jika tradisi itu dilakukan pada bayi yang disebut Kayek Upik. Sementara Bakayekan sendiri untuk anak perempuan. Bentuknya yang sunat atau khitan dan usia dianggap cocok untuk anak perempuan untuk Bakayekan adalah 4 sampai 7 tahun.
Upacara diadakan begitu meriah, keluarga gadis untuk disunat akan mengundang dan menjamu kerabat keluarga untuk bersama-sama merayakan Bakayekan. Waktu pelaksanaannya biasanya dilakukan di bulan Ramadhan. Sebelum disunat, anak perempuan ingin make up pengantin dan mengenakan pakaian tradisional, yaitu Sumatera Selatan Betaju. Setelah itu keluarga akan diarak ke sungai sambil diiringi dengan tabuhan rebana.
Pergi ke sungai itu bukan tanpa alasan, tapi untuk mandi dan membersihkan diri. Baru setelah itu prosesi khitanan dilakukan oleh dukun Bakayekan dengan memotong bagian-bagian tertentu dari klitoris gadis itu. Setelah selesai, klitoris disunat pemakaman di bawah pohon kelapa. Mengapa kepala seperti itu? Bagi masyarakat Suku Pasemah, pohon kelapa memiliki kesucian sendiri.
Diharapkan nantinya anak perempuan telah disunat ingin benih kelapa yang dapat hidup di mana saja berarti bahwa ketika Anda tumbuh untuk hidup dan bersosialisasi dengan baik di masyarakat. Jadi, ingat Scout ya? Tradisi yang dianggap bagian dari tradisi ini dan agama masih lakukan untuk hari ini.
2. Adat Mo Polihu Lo Limu
Adat Mo Polihu Lo Limu bisa kamu singkat dengan istilah mandi lemon. Wah enak dong ya, bisa mencerahkan kulit layaknya mandi susu. Tapi tujuan utamanya bukan itu ternyata, Mandi Lemon yang menjadi salah satu adat masyarakat Gorontalo itu adalah sunatan untuk anak perempuan yang telah menginjak usia 2 tahu.
Nama lainnya adalah Molubingo. Bagi orang Gorontalo, anak perempuan harus dikhitan agar bisa mengendalikan diri dari sifat-sifat buruk. Prakteknya tidak sama dengan sunat pada anak laki-laki dan hanya bersifat simbolis saja. Acar dimulai dengan mencubit atau membersihkan bagian kelamin anak perempuan dari selaput tipis.
Setelah itu barulah mandi lemon. Si anak akan dipangku oleh orang tuanya di sebuah singgasana, kemudian diguyur dengan air lemon yang dicampur bunga-bunga. Saat mandi ada prosesi lain yang nggak kalah penting seperti tepuk mayang dan memecahkan telur. Udah mandi dan wangi, si anak akan didandani dengan riasan dan pakaian adat layaknya seorang pengantin. Para keluarga yang hadir turut memberikan doa agar kelak anak perempuan yang dikhitan itu akan menjadi pribadi dengan sifat baik.
3. Tradisi Makatte’
lensaterkini.web.id - Tradisi Makatte’ dilakukan oleh masyarakat Suku Bugis dan ditujukan untuk anak perempuan, sedangkan sunatan untuk bocah laki-laki disebut dengan Massunna’. Selain tradisi adat, Makkatte juga dianggap sebagai ritual keagamaan. Oleh karena itu, hingga saat ini masih ada yang melakukannya. Anak perempuan yang dikkate’ bisanya berusia 4 hingga 7 tahun. Dan yang boleh menyunat hanyalah seorang Sanro yaitu para wanita ahli dan dipercaya oleh masyarakat Suku Bugis.
Tradisinya dimulai dengan memakaikan si anak pakaian adat lalu setelah itu dilakukan khitanan. Jika sudah selesai, maka ayah si anak akan mengusapkan gula merah. Harapannya agar kehidupan anak tersebut selalu manis di masa mendatang. Setelah itu masih ada beberapa rangkaian adat lagi. Seperti memakai baju bodo dan menggendong anak ke tempat yang tinggi. Agar si anak bahagia dan nggak trauma, maka diberi amplop berisi uang, tuh bukan anak laki-laki saja yang dapat angpau, perempuan juga. Acara ditutup dengan syukuran dan pembacaan ayat suci Al-quran secara bergiliran
Itulah beberapa tradisi sunatan anak perempuan dari berbagai daerah di Indonesia. Terlepas dari sentuhan adat maupun keagamaan, menurut kamu sendiri sunat pada perempuan itu perlu nggak sih?
#Baca juga artikel / berita lainnya berikut ini :
- Tiga Tanda Kiamat Di Mekkah yang Sudah Muncul
- Ciri-ciri Wanita yang Shalatnya tidak Diterima oleh Allah
- Ancaman Bidadari Sorga yang kepada Istri yang Sakiti Hati Suami
- Golongan keluarga yang akan Berkumpul di Sorga
- 3 Amalan agar dapat Melihat Allah di Akehrat
- Inilah 26 Dosa Istri Kepada Suami
- Penemuan harta Karun Soekarno
- Siapa yang Menciptakan Allah, inilah Jawaban Pemuda ini !
- Misteri Masjid dengan Lubang Menuju Mekkah
- Bayi Ajaib, Masih Hidup setelah Dikubur selama 2 Jam
- 4 Artis yang Mengansuransikan Bagian Tubuhnya
- Peraturan Aneh di beberapa negara Dunia
- Luar Biasa ! 40 Tahun Wanita ini tidak Pernah Tersenyum, kenapa ?
- 5 Guru Cantik yang Bikin Siswanya Malas untuk Bolos
- Ajaib ! Bayi Kembar Berciuman saat USG
- Tahukah Anda Dimana Nabi Ibrohim Dibakar Raja Namrud, ini Penjelasannya
from Berita Unik dan Aneh http://ift.tt/2rFCUEr
noreply@blogger.com (Mukti Effendi) http://ift.tt/2jXj7gh http://ift.tt/2rTdOma
Demikianlah Artikel 3 Tradisi Khitan Bagi Wanita Dari Suku - Suku di Indonesia
Sekianlah artikel 3 Tradisi Khitan Bagi Wanita Dari Suku - Suku di Indonesia kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel 3 Tradisi Khitan Bagi Wanita Dari Suku - Suku di Indonesia dengan alamat link https://akubagiberita.blogspot.com/2017/06/3-tradisi-khitan-bagi-wanita-dari-suku.html
loading...
0 Response to "3 Tradisi Khitan Bagi Wanita Dari Suku - Suku di Indonesia"
Posting Komentar